Entri Populer

Tayangan halaman minggu lalu

SELAMAT DATANG

Untuk informasi lebih lanjut klik disini
kunjungi juga blog kami lainya di

Rabu, 02 Desember 2009

Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Prakti Manajemen Laba

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan dunia usaha yang pesat dan semakin kompetitif pada era globalisasi seperti sekarang ini, telah menuntut setiap perusahaan dan lembaga keuangan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja usahanya agar dapat tetap bertahan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Di sisi lain, dengan adanya perkembangan dunia usaha yang pesat, maka pertumbuhan ekonomi meningkat. Namun pertumbuhan ekonomi yang tinggi tanpa diikuti dengan distribusi yang merata, akan menyebabkan ketimpangan sosial. Sebaliknya, pemerataan tanpa pertumbuhan juga tidak tepat, karena akan menghambat dinamika ekonomi dan menyebabkan kemiskinan. Faktor modal menjadi salah satu hal yang mengakibatkan sulitnya suatu perusahaan menjalankan kegiatan usahanya, untuk itu diperlukannya suatu wadah untuk mempertemukan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Salah satu wadah tersebut adalah pasar modal.
Pasar modal adalah pasar yang memfasilitasi pertemuan antara pihak-pihak yang kelebihan dana dan yang kekurangan dana jangka panjang. Pasar modal memiliki 2 (dua) fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi yaitu berfungsi mempertemukan antara pihak yang kelebihan modal dengan pihak yang kekurangan modal, sedangkan fungsi keuangan yaitu mendapatkan keuntungan bagi yang kelebihan dana berupa deviden. Salah satu jenis investasi yang diperdagangkan dipasar modal adalah saham. Saham merupakan surat tanda bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan dan mempunyai hak atas sebagian kekayaan perusahaan. Pasar modal merupakan wadah bagi terjadinya mekanisme transaksi perdagangan saham yang fair. Namun transaksi saham yang fair sulit tercapai karena adanya konflik kepentingan dan tidak transparannya laporan keuangan emiten.
Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002). Pemakai informasi laporan keuangan diantaranya meliputi: investor, karyawan, pemberi pinjaman, dan pemasok. Investor berkepentingan dengan laporan keuangan dalam kaitannya dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Karyawan menggunakan laporan keuangan dalam kaitannya dengan informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan sehingga dapat diketahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja. Pemberi pinjaman dan pemasok berkepentingan dalam kaitannya dengan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam membayarkan pinjaman serta bunganya pada waktu yang telah ditetapkan.
Laporan keuangan disampaikan dalam bentuk neraca, laporan kinerja disampaikan dalam bentuk laporan laba rugi, dan laporan perubahan posisi keuangan disampaikan dalam bentuk laporan perubahan ekuitas. Dari ketiga laporan ini, ditambah lagi laporan mengenai arus kas dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan dalam bentuk laporan arus kas, dan laporan informasi kualitatif perusahaan berupa catatan atas laporan keuangan. Dari ke lima bentuk laporan keuangan di atas, laporan mengenai laba rugi adalah laporan yang paling banyak diminati karena laporan laba rugi menyediakan informasi peningkatan atau penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan. Secara definitif, laporan laba rugi adalah laporan utama untuk melaporkan kinerja dari suatu perusahaan selama suatu periode tertentu terutama tentang profitabilitas yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang (Ikatan Akuntan Indonesia, 2002). Di samping itu, selain menginformasikan mengenai laporan kinerja, yang terpenting dari laporan laba rugi adalah laporan tentang laba.
Earnings atau laba merupakan komponen keuangan yang menjadi pusat perhatian sekaligus dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun di sisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasaan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau Earnings management.
Sampai saat ini manajemen laba merupakan area yang paling kontroversial dalam akuntansi keuangan. Pihak yang kontra terhadap manajemen laba seperti investor, berpendapat bahwa manajemen laba merupakan pengurangan keandalan informasi laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Di sisi lain pihak yang pro terhadap manajemen laba seperti manajer, menganggap bahwa manajemen laba merupakan hal yang fleksibel untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.
Banyaknya kasus mengenai manajemen laba yang terjadi baik di Indonesia maupun diluar negeri seperti kasus Kimia Farma Tbk dan PT Lippo Tbk kemudian kasus Enron, Wordcom, dan Xerox dimana mereka mengakui telah melakukan penggelembungan laba yang pada akhirnya membuat para investor melepaskan saham yang mereka miliki yang berakibat pada anjloknya harga saham perusahaan. Disini investor tidak banyak mengetahui tentang keadaan perusahaan yang membuat mereka dirugikan dengan informasi yang tidak relevan. Hal ini memberikan gambaran bahwa praktik manajemen laba sering terjadi diperusahaan guna menggambarkan kinerja perusahaan yang baik dengan menggunakan berbagai kesempatan yang ada. (Ludovicus Sensi W, 2007: 72)
Manajemen laba merupakan tindakan yang sering dilakukan oleh manajemen dengan motivasi untuk mencapai kepentingan sendiri, dengan kadar mulai dari sopan hingga yang termasuk ke dalam fraud. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi manajemen laba. Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip dalam Rahmawati et al. (2006) membagi motivasi manajemen laba menjadi tiga, yaitu bonus plan hypothesis, debt to equity hypothesis, dan political cost hypothesis. Hipotesis bonus plan menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini. Debt to equity hypothesis menyebutkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba. Adapun political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik dan investor. Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan baik kepada pemilik maupun investor. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric).
Asimetri informasi merupakan ketidakseimbangan informasi, hal ini muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer. Eisenhardt dalam Arief Ujiyantho (2007) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan. Fleksibelitas manajemen dalam manajemen laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.
Beberapa peneliti terdahulu seperti Rahmawati dkk. (2006) telah menemukan bahwa asimetri informasi berpengaruh secara positif signifikan terhadap manajemen laba. Julia Halim, Carmel Meiden dan Rudolf Lumban tobing (2005) dengan judul penelitian “Pengaruh manajemen laba pada tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang termasuk dalam indeks LQ-45”, dengan menggunakan sampel 34 perusahaan, dari 2001 sampai 2002. Hasil penelitiannya bahwa perusahaan manufaktur yang termasuk Indeks LQ-45 terlihat melakukan tindakan manajemen laba. Asimetri informasi, kinerja masa kini dan masa depan, faktor leverage, ukuran perusahaan berpengaruh signifikan pada manajemen laba.
PT Bumi Resources Tbk dalam setiap menjalankan usahanya tentu saja memiliki tujuan yang mendasar yaitu mendapatkan keuntungan atau laba. Laba merupakan selisih antara pendapatan yang diperoleh suatu perusahaan pada suatu periode dengan beban-beban yang terjadi selama periode tersebut. Di era persaingan perekonomian yang semakin kompetitip ini, setiap perusahaan akan berusaha sekeras mungkin untuk memperoleh laba yang optimal demi terjaminnya kelangsungan perusahaan. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan akan berusaha dan dituntut untuk lebih berupaya melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan dengan se-efektif dan se-efisien mungkin agar tujuan perusahaan yang telah ditetapkan dapat tercapai dan dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya.
Manajemen PT Bumi Resource Tbk sebagai pengelola perusahaan juga dalam melakukan kebijakan-kebijakan akuntansinya berusaha untuk memajukan perusahaan dalam pencapaian laba yang tentunya semakin tahun akan semakin bertambah sehingga baik kinerja manajemen atau perusahaan dapat dinilai baik. Laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk selama lima tahun ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 1.1
Earning After Tax and Closing Price PT Bumi Resources Tbk.
Tahun 2003-2007 (Dalam jutaan rupiah)
Tahun Laba Bersih
(Earning After Tax) Harga Saham (Closing Price) Harga Saham Tertinggi Harga Saham Terendah
2003 107565 500 525 185
2004 1079520 800 825 725
2005 1222099 760 800 670
2006 2006299 890 900 790
2007 7431627 6000 6350 5500
Sumber : Data Laporan Keuangan PT Bumi Resources Tb
Dari data laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk. di atas kita dapat melihat bahwa laba perusahaan terjadi kenaikan dari setiap tahunnya yang memberikan indikasi bahwa kinerja perusahaan baik, akan tetapi terjadi ketidak seimbangan antara laba yang di dapat dibandingkan dengan harga saham yang ada. Dimana seharusnya laba yang tinggi dapat menaikkan harga saham begitupun sebaliknya saat laba perusahaan yang turun maka harga saham pun biasanya ikut turun. Ini terjadi pada tahun 2004 ke tahun 2005 dimana laba yang diperoleh dari 1.079.520 naik menjadi 1.222.099 tetapi harga saham malah turun dari 800 ke 760.
Adanya ketidakseimbangan tersebut memberikan asumsi bahwa telah terjadi praktik manajemen laba yang dilakukan manjemen dengan menggunakan pola Income Maximization untuk kepentingan diri sendiri maupun perusahaan dengan menggunakan asimetri informasi yang ada dengan melihat harga saham tertinggi dan harga terendahnya. Informasi yang lebih banyak yang dimiliki oleh manajer dibandingkan pihak lain menjadi pendorong dalam melakukan praktik manajemen laba.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil judul mengenai: “Pengaruh Asimetri Informasi terhadap Praktik Manajemen Laba (Studi Kasus pada PT Bumi Resources Tbk)”.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah
1.2.1 Identifikasi Masalah
Laba perusahaan yang setiap tahun meningkat yang tidak di-imbangi dengan harga saham yang meningkat pula memberikan gambaran bahwa masih terdapat asimetri informasi dalam perusahaan antara manajemen dengan investor. Adanya asimetri ini memberikan indikasi untuk manajemen melakukan praktik manajemen laba dalam pencapaian kinerjanya maupun dalam menarik investor untuk menanamkan modalnya.
1.2.2 Rumusan Masalah
Dalam usulan penelitian ini penulis merumuskan beberapa masalah yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat asimetri informasi pada PT Bumi Resources Tbk.
2. Bagaimana tingkat praktik manajemen laba pada PT Bumi Resources Tbk.
3. Seberapa besar pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada PT Bumi Resources Tbk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi, kemudian menganalisa data dan informasi yang berhubungan dengan pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada PT Bumi Resources Tbk.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat asimetri informasi pada PT Bumi Resources Tbk.
2. Untuk mengetahui tingkat praktik manajemen laba pada PT Bumi Resources Tbk.
3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba pada PT Bumi Resources Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.4.1 Kegunaan Akademis
• Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Memberikan referenasi tentang keterkaitan antar asimetri informasi dengan praktik manajemen laba.
• Bagi Peneliti Lain
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan tambahan informasi khususnya untuk pengkajian topik-topik yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.
• Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, penulis dapat memperoleh pengetahuan dan gambaran yang dapat dijadikan pembanding antara teori yang selama ini peneliti dapatkan dengan pelaksanaan yang sebenarnya di lapangan yaitu tentang asimetri informasi dan manajemen laba.
1.4.2 Kegunaan Praktis
• Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu informasi bagi perusahaan dalam mengambil langkah-langkah kebijakan yang akan dilakukan manajemen.
• Bagi Investor
Memberikan informasi mengenai adanya asimetri informasi yang dapat mendorong manajemen melakukan manajemen laba sehingga dapat merugikan pihak-pihak eksternal.
2.1.1. Asimetri Informasi
Dalam perdagangan saham di bursa efek, informasi memiliki peranan penting dalam membantu investor menentukan pilihan yang tepat dalam berinvestasi. Namun seringkali terjadi Asimetri Informasi yang dialami investor, hal ini tentu saja akan menimbulkan kerugian terutama investor yang kekurangan informasi. Menurut Scott (2000:105) menyatakan bahwa :
“Asimetri Informasi (information asymmetry) merupakan sebuah konsep yang paling penting dalam teori akuntansi keuangan (financial accounting theory)."
Sedangkan menurut Beaver yang terdapat dalam jurnal Puput Tri Komalasari (2001) menyatakan bahwa :
“Asimetri informasi adalah istilah untuk menggambarkan adanya dua kondisi investor dalam perdagangan saham yaitu investor yang more informed dan investor yang less informed.”
Dari teori yang diungkapkan diatas dapat disimpulkan bahwa asimetri informasi merupakan sebuah konsep yang paling penting dalam teori akuntansi keuangan. Karena hal ini berhubungan dengan keputusan investasi yang dilakukan oleh investor, karena dengan adanya asimetri informasi mengakibatkan investor memiliki informasi yang berbeda. Contohnya saat salah satu investor memiliki informasi yang lebih sedikit maka dia kekurangan informasi sehingga mempengaruhi keputusan investasi yang akan diambilnya dan sebaliknya saat dia memiliki informasi yang lebih banyak dia bisa memutuskan investasi yang menguntungkan baginya. Oleh karena itu adanya perbedaan informasi yang diperoleh dapat merugikan investor.
Pengukuran terhadap asimetri informasi dapat menggunakan pendekatan Bid-ask spread karena pada penelitian-penelitian terdahulu tingkat asimetri ini bisa terlihat dari selisih harga saham tertinggi dan terendahnya. Menurut Amira (2006:37) :
“Agar pasar saham dapat beroperasi dengan efektif pasar harus liquid, artinya saham dapat dijual seketika pada biaya transaksi yang serendah-rendahnya. Dalam pasar yang liquid, harga bid (bid price) yaitu harga dimana pialang bersedia membayar atau membeli, sebaliknya hanya sedikit lebih rendah daripada harga ask (ask spread) yaitu harga dimana pialang bersedia
Bid-ask spread digunakan untuk mengetahui besarnya asimetri informasi yang terjadi karena asimetri infromasi berhubungan dengan penawaran dan pembelian saham yang terjadi pasar modal yang digambarkan melalui harga beli (bid price) dan harga jual (ask price).
2.1.1.2 Manajemen Laba
Pengertian Manajemen Laba Menurut Copeland dalam Wiwik (2005), adalah:
“some ability to increase of decrease reported net income at will”.
Ini berarti bahwa manajemen laba mencangkup usaha manajemen untuk memaksimalkan, meminumkan laba, termasuk perataan laba sesuai dengan keinginan manajemen.
Definisi manajemen laba yang hampir sama juga diungkapkan oleh Schiper dalam Sutrisno (2002) yang menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu invertensi dengan tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal, untuk memperoleh beberapa keuntungan privat (sebagai lawan untuk memudahkan operasi yang netral dari proses tersebut).
Menurut Privat dan M. Gudono (2000):
“Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan manusia untuk menguntungkan diri sendiri”
Berdasarkan beberapa defenisi tersebut, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen laba adalah suatu strategi yang digunakan oleh manajemen dari suatu perusahaan untuk mengubah suatu laba perusahaan dengan bebas sehingga dapat mencapai target yang ditentukan. Contohnya manajemen bisa melakukan income maximization dengan cara merubah metode akuntansi yang digunakan untuk meningkatkan laba.
Dalam positive accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan Zimmerman), dalam Rahmawati, dkk (2006), yaitu:
“1. Bonus plan Hypotesis
2. Debt convenant hypotesis
3. Political cost hypotesis.”
2.2.1 Hubungan Antara Asimetri Informasi Dengan Manajemen Laba
Asimetri informasi merupakan suatu keadaan dimana manajer memiliki akses informasi atas prospek perusahaan yang tidak dimiliki oleh pihak luar perusahaan. Asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba atau Earnings management. Dalam kaitannya hubungan antara asimetri informasi dengan praktik manajemen laba ini sangat kuat dimana adanya asimetri informasi dapat mendorong manajemen untuk malakukan praktik manajemen laba. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahmawati dkk. (2006) pada perusahaaan perbankan publik, yang berpendapat bahwa:
“Terdapat hubungan yang sistimatis antara magnitut asimetri informasi dan tingkat manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk memanajemeni laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.”
2.2. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.2.1. Kerangka Pemikiran
Pengungkapan informasi keuangan dan informasi yang relevan lainnya dalam laporan keuangan tahunan suatu perusahaan merupakan aspek penting dalam akuntansi keuangan. Laporan keuangan dimaksudkan untuk digunakan oleh berbagai pihak, termasuk manajemen perusahaan itu sendiri. Namun yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan sebenarnya adalah para pengguna eksternal (diluar manajemen). Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya (Ali, 2002). Para pengguna internal (para manajemen) memiliki kontak langsung dengan entitas atau perusahannya dan mengetahui peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi, sehingga tingkat ketergantungannya terhadap informasi akuntansi tidak sebesar para pengguna eksternal.
Situasi ini akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut sebagai asimetri informasi (information asymmetry). Menurut Beaver yang dikutip oleh Puput Tri Komalasari (2001) menyatakan bahwa:
“Asimetri informasi adalah istilah untuk menggambarkan adanya dua kondisi investor dalam perdagangan saham yaitu investor yang more informed dan investor yang less informed”.
Sedangkan menurut Muh. Arief Ujiyantho (2007) menjelaskan asimetri informasi sebagai berikut:
“Asimetri informasi yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi (prepaper) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user).
Dari pengertian-pengertian di atas maka kita dapat simpulkan bahwa asimetri informasi merupakan suatu kondisi dimana salah satu atau beberapa pihak yang terlibat dalam suatu proses transaksi memiliki informasi yang lebih baik atau lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain yang juga terlibat dalam proses transaksi tersebut.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
“ 1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.
Lev yang dikutip oleh Rahmawati dkk. (2006) berpendapat bahwa : “Ukuran pengamatan atas likuiditas pasar dapat digunakan untuk mengidentifikasi tingkat penerimaan asimetri infornasi yang dihadapi partisipan dalam pasar modal”. Likuiditas dalam suatu pasar mempunyai berbagai definisi dan interpretasi. Pengertian likuiditas yang paling sederhana adalah kemampuan untuk melakukan transaksi tanpa mengeluarkan biaya yang signifikan.
Kyle sebagaimana dikutip oleh Puput Tri Komalasari (2001) memecah likuiditas ke dalam 3 komponen, yaitu:
“Kerapatan (tightness), kedalaman (depth), dan resiliensi (resiliency)”. Kerapatan mengacu pada perbedaan harga transaksi dari harga efisien, yaitu harga yang seharusnya terjadi dalam kondisi ekuilibrium. Pedagang efek seringkali menetapkan harga bid dan ask sedikit di atas dan di bawah penilaian asset ekuilibrium. Suatu pasar yang mempunyai likuiditas sempurna berkaitan dengan kerapatan hanya akan terjadi bila spread yang terjadi antara bid dan ask yang ditetapkan adalah nol, sehingga pedagang dapat membeli dan menjual pada harga yang sama. Komponen kerapatan ini seringkali disebut dengan bid-ask spread.
Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerjadimana manejer bisa secara fleksibel untuk melakukan
manajemen laba. Scott (2000) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut:
“Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”.
Dari definisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan. Scott (2000) juga membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba, misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan laba sepanjang waktu.
Praktik manajemen laba menurut Gumanti (2000) dapat menggunakan proksi discretionary accruals, yaitu:
“Discretionary accruals adalah kebijakan akuntansi akrual yang memberikan keleluasaan bagi manajer dalam menentukan jumlah transaksi aktual secara fleksibel”.
Jika terjadi discretionary accruals positif maka perusahaan melakukan income maximization, dan jika terjadi discretionary accruals negatif maka perusahaan melakukan income minimization.
Watt dan Zimmerman sebagaimana dikutip oleh Rahmawati, dkk. (2006) membagi motivasi manajemen laba menjadi tiga, yaitu:
“1. Bonus plan hypothesis.
2. Debt to equity hypothesis. debt to equity hypothesis
3. Political cost hypothesis. political cost hypothesis.”

Dari kutipan di atas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bonus plan hypothesis. hipotesis bonus plan menyatakan bahwa manajer pada perusahaan dengan bonus plan cenderung untuk menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan income saat ini.
2. Debt to equity hypothesis. debt to equity hypothesis menyebutkan bahwa pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan tersebut cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan pendapatan maupun laba, dan
3. Political cost hypothesis. political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang besar, yang kegiatan operasinya menyentuh sebagian besar masyarakat akan cenderung untuk mengurangi laba yang dilaporkan.
Praktik manajemen laba hanya dapat dilakukan oleh manajer yang dapat mengobservasi laba ekonomi perusahaan untuk setiap periode. Sebaliknya, pihak lain mungkin dapat menarik kesimpulan sesuatu mengenai laba ekonomi dari laba yang dilaporkan oleh perusahaan, sebagaimana yang diungkapkan oleh manajer.
USchift dan Lewin dalam Arief Ujiyantho (2007) menjelaskan bahwa:
“Manajer berada posisi yang mempunyai lebih banyak informasi mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja dan perusahaan secara keseluruhan dibandingkan dengan pemegang saham dan stakeholder. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan mendorong manajer untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemegang saham dan stakeholder. adanya kondisi yang asimetri, maka manajer dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan cara melakukan manajemen laba”.

pemegang saham ataupun stakeholder. Adanya asumsi bahwa individu-individu yang bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi tersebut untuk Dalam teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemilik (dalam hal ini adalah pemegang saham) sebagai prinsipal. Dalam hubungannya masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Manajer memiliki informasi yang lebih banyak dari menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui oleh pemegang saham dan stakeholder. Dalam kondisi tersebut maka manajer dapat menggunakan informasi yang diketahuinya dalam memanipulasi pelaporan keuangan guna memaksimalkan kemakmuran. Oleh sebab itu maka agent memberikan informasi yang tidak sesuai dengan sebenarnya yaitu dengan melakukan praktik manajemen laba terhadap laporan keuangan yang diberikan kepada prinsipil.
1.2.2. Hipotesis
Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti mencoba merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “Asimetri Informasi Berpengaruh Terhadap Praktik Manajemen Laba.”
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadikan perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.
Husein Umar (2003:303) menjelaskan pengertian dari objek penelitian sebagai berikut:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa atau siapa yang menjadi objek penelitian juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Biasa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat diuraikan bahwa objek penelitian dalam penelitian ini adalah tingkat asimetri informasi dan praktik manajemen laba.
3.2. Metode Penelitian
3.2.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian, karena langkah dalam melakukan penelitian mengacu kepada desain penelitian yang telah dibuat.
Sugiyono (2008:13), menjelaskan proses penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
“1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrument penelitian
7. Kesimpulan”.

3.2.2. Operasionalisasi Variabel
Operasional vaiabel merupakan proses penguraian variabel penelitian ke dalam subvariabel, dimensi, indikator sub variabel, dan pengukuran. Adapun syarat penguraian operasioanlisasi dilakukan bila dasar konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas, apabila belum jelas secara konseptual maka perlu dilakukan analisis faktor.
Operasional variabel pada penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.1. hal 19.
3.2.3. Sumber Data dan Teknik Penentuan Data
3.2.3.1. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan penulis adalah berupa data sekunder yaitu dengan cara men-download laporan keuangan dan harga saham PT Bumi Resources Tbk dari pojok BEJ yang terdapat di Universitas Sangga Buana (YPKP) dan mencari data-data lainnya tentang pengertian yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
3.2.3.2. Teknik Penentuan Data
Teknik penentuan data dalam penelitian ini populasi yang berjumlah 26 tahun dengan menggunakan teknik nonprobabiliti sampling dengan jenis purposive sampling maka sampel yang di ambil adalah sebanyak lima tahun karena merupakan data terbaru dari perusahaan dan pada tahun tersebut telah terdapat fenomena yang menjadi objek penelitian.
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian mengenai peranan standar akuntansi keuangan murabahah dalam transaksi murabahah ada beberapa langkah, antara lain dengan penelitian lapangan seperti observasi, kuesioner dan wawancara, serta searcing (internet).
3.2.5.1. Rancangan Analisis
Dalam melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, untuk mencapai suatu kesimpulan maka penulis melakukan uji statistik untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh tingkat asimetri informasi terhadap praktik manajemen laba. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana, korelasi pearson, koefisien determinasi dan uji hipotesis (uji t).
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis mencoba menganalisis hipotesis penelitian dengan menggunakan :
1. Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui persamaan matematika untuk memprediksi nilai variabel Y berdasarkan nilai variabel X yang diketahui, menurut Sugiyono (2007:243) menyatakan bahwa:
“Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen”.
Adapun analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier sederhana dengan alasan jumlah variabel bebas sebagai prediktor hanya satu sehingga persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Persamaan umum regresi linear sederhana :


Dimana :
Besar a dapat diketahui dengan rumus :





Sedangkan besar b dapat diketahui dengan rumus :





Keterangan :
Y : Subjek dalam variabel dependen yang diprediksikan
a : Koefisien regresi yang menunjukkan bilangan konstanta
b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen. Bila b (+) maka terjadi kenaikan, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
X : Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
n : Banyaknya sampel


2. Analisis Korelasi Pearson
Di dalam pemilihan dan perhitungan statistik ini akan digunakan teknik analisis korelasi pearson. Analisis korelasi pearson ditujukan untuk mengukur derajat keerataan hubungan diantara variabel-variabel tersebut, apakah derajat hubungan diantara variabel-variabel tersebut sangat erat, cukup erat, atau tidak ada hubungan sama sekali.
Apabila antara variabel X dan Y yaitu masing-masing mempunyai skala sekurang-kurangnya interval dan hubungannya merupakan hubungan linear, maka keeratan pengaruh antara kedua variabel itu disebut dengan korelasi pearson yang diberi simbol untuk sampel dan populasi. Rumus untuk koefisien korelasi pearson adalah sebagai berikut:






Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = banyaknya sampel
X = variabel bebas
Y = variabel tidak bebas
Pada hakekatnya koefisien korelasi terletak antara -1 dan +1, atau -1 ≤ r ≤ +1, di mana bila:
= 1 : menunjukkan hubungan linier positif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin besar pula harga Y, dan sebaliknya, makin kecil harga X makin kecil pula harga Y.
= -1 : menunjukkan hubungan linier negatif sempurna antara X dan Y, dalam arti makin besar harga X makin kecil harga Y, atau sebaliknya, makin kecil harga X makin besar harga Y.
= 0 : menunjukkan tidak ada hubungan linier antara X dan Y.

Tabel 3.2
Interprestasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: Statistka untuk ekonomi dan Bisnis;Andi Supangat;2006

3. Koefisien Determinasi
Nilai korelasi hanya menyatakan erat atau tidaknya hubungan antara variabel X dan variabel Y. Oleh karena itu, untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, digunakan koefisien determinasi. Koefisien determinasi adalah kuadrat koefisien korelasi yang menyatakan besarnya persentase perubahan Y yang bisa diterangkan oleh X melalui hubungan X dengan Y. Adapun rumus dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut:



Keterangan:
Kd = Koefisien Determinasi
= Koefisien korelasi Pearson
100% = Pengali yang menyatakan dalam persentase

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

keterangan lebih lanjut
isi pesan disini